Minggu, 30 Desember 2012

Magriban di Masjid Agung Karawang

Masjid Agung Karawang

Beberapa orang yang sempat ditanya, bahkan orang Karawang sekalipun, ketika ditanya dimana letak Masjid Agung Karawang ?, kebanyakan orang menunjuk Masjid Al-Jihad di seberang lapang karangpawitan, sebagian orang juga menganggap Lapang Karangpawitan sebagai alun alun Karawang.

 

Maklumlah karena memang dari lokasinya sendiri, Masjid Al-Jihad lebih dekat ke Pusat pemerintahan Kabupaten Karawang, di lokasi masjid ini juga telah dibangun Islamic Center berikut asrama haji-nya Kabupaten Karawang.

 

Sore hingga malam hari disekitar Masjid Agung Karawang ini begitu ramai oleh para pedagang, beberapa diantara mereka bahkan berjualan di area trotoar pas di depan masjid.

Ditambah lagi kenyataan bahwa lapang Karangpawitan masih berfungsi sebagai lapangan terbuka tempat warga Karawang menjalankan berbagai aktivitas, dengan berbagai fungsi layaknya sebuah alun alun kota. Sebenarnya Masjid Agung Karawang berada di Kawasan Teluk Jambe, begitupula dengan alun alun kota Karawang.

 

Hanya saja komplek pemerintahan Kabupaten Karawang sudah sejak lama dipindahkan dari lokasi ini ke lokasinya yang sekarang. Alun alun yang berada di depan masjid Agung pun kini sudah dipagar keliling dan ditengahnya dibangun sebuah monumen. Meski begitu fungsi sebagai Masjid Agung masih dipegang oleh Masjid Agung di Teluk Jambe ini.

 

Lokasi Masjid Agung Karawang

 

Jalan Brigadir Jenderal Polisi Nasuha
Telukjambe, Karawang, Indonesia


 

Suasana sore hari di sekitar Masjid Agung Karawang ini cukup menarik, terutama bagi para pecinta kuliner. Para pedagang aneka makanan berjejer mengitari alun alun di depan masjid agung ini. mulai dari makanan ringan hingga makanan berat berupa ayam kampung goreng dan panggang, soto, baso, es kelapa muda sampai ke penjaja buah rambutan yang lagi musim.

 

Uniknya, khusus untuk makanan berat, apapun menunya nasi yang disajikan sudah dibungkus dalam daun pisang, mirip lontong tapi tanpa isi. Daun pisang yang dijadikan pembungkus nasi itu memberikan aroma yang khas. Sore hari kami tiba disana menjelang matahari terbenam, sambil nunggu beduk magrib ikutan lesehan dulu di salah satu warung ayam kampung bakar yang posisinya pas di depan gerbang masjid Agung ini.

 

sisi depan Masjid Agung Karawang, di bagian depan masjid ini memiliki halaman yang cukup luas yang sudah di lapis dengan keramik lantai. halaman ini juga difungsikan sebagai area sholat saat jemaah membludak. di hari biasa biasanya dijadikan area bermain anak anak kecil.

hmm nyami, ayam kampung bakar memang berbeda dengan ayam negeri, dagingnya memang lebih sedikit karena ukurannya lebih kecil, tapi rasanya sama sekali berbeda dengan ayam boiler yang memang sengaja dipelihara dan dibesarkan sebagai ayam pedaging, sementara ayam kampung biasanya dibiarkan bebas berkeliaran di alam terbuka.

 

Magriban Nyook

 

Menjelang magrib, lantunan ayat suci mulai disuarakan dari pengeras suara ke luar masjid terdengar sampai jauh, dua menit menjelang azan suara lantunan itu berhenti dan pengurus masjid mengumumkan bahwa waktu magrib dua menit lagi, agar para jemaah segera bersiap siap. Dua menit kemudian suara azan terdengar nyaring dari menara masjid.

 

dari arah area parkir

Halaman parkir masjid ini memang tidak terlalu besar, sebagian besar di isi oleh sepeda motor sementara kendaraan roda empat parkir di luar pagar di ruas jalan yang membentang antara masjid dan alun alun. Tempat wudhu terbuka untuk jemaah laki laki disediakan di sebelah kanan masjid.

 

Tempat wudhu utama dibangun di sebelah kiri masjid dibelakang kantor DKM dan IRMA. Area tempat wudhu utama ini dibagi dua. Sebagian khusus untuk jemaah ahwat (wanita) sebagian lagi untuk jemaah ihwan (laki laki ), masing masing lengkap dengan toiletnya. Istriku sedikit mengeluhkan aliran air keran di area wudhu wanita yang katanya mengalir malas malasan alias debitnya kecil.

 

Halaman depan Masjid Agung Karawang

Di hari biasa masjid dua lantai ini hanya dipakai di lantai dasarnya saja termasuk area untuk jemaah wanita. Area jemaah wanita disediakan di sudut kiri belakang lengkap dengan pembatas. Jemaah sholat laki laki diwaktu magrib kali ini cukup ramai, mencapai kira kira hampir setengah ruang sholat utama. Selama sholat diselenggarakan suara bacaan imam tidak diperdengarkan keluar masjid.

 

Masjid Pertama di Jawa Barat dan Banten

 

Menilik sejarahnya, Masjid Agung Karawang ini merupakan masjid pertama di propinsi Jawa Barat dan Banten, meski bangunan masjid yang kini berdiri sama sekali baru, tak ada yang tersisa dari bangunan masjid pertama yang dibangun di tempat ini.

 

Suasana di dalam Masjid Agung Karawang bakda Magrib. suasana di dalam masjid ini sesungguhnya kurang begitu terang dan agak kurang memadai untuk membaca Al-Qur'an dengan penerangan yang ada. cahaya lampu gantung ditengah ruangan masjid ini begitu dominan mengingat lampu penerangan lainnya dipasang cukup tinggi dibawah atap masjid.

Sejarah Masjid Agung Karawang tak lepas dari sejarah masuknya Islam ke Jawa Barat atas jasa Sheikh Quro, yang bernama asli Sheikh Hasanuddin. Beliau tiba di Karawang saat Karawang menjadi pelabuhan penting di kerajaan Tarumanegara hingga era kerajaan Padjajaran. Sebagaimana dijelaskan dengan rinci dalam artikel Masjid Agung Karawang di blog bujangmasjid, rombongan Syeh Quro dengan 2 perahunya datang dari Champa (Kini Vietnam) dan mendirikan pesantren dan Mushola pada tahun 1418 M pada saat kunjungan yang ke dua di pulau Jawa dan memulai menyebarkan Islam.

 

Bermula dari Mushola yang dibangun Sheikh Quro itulah yang dikemudian hari berkembang menjadi masjid, sampai kemudian Nyi Subang Karancang atau Nyi Subang Larang yang merupakan salah satu murid beliau dipersunting oleh Prabu Siliwangi yang tak lain adalah Kakek dari Sunan Gunung Jati. Beberapa sumber lain menyebut bahwa Nyi Subang Larang adalah putrid dari Sheikh Quro. Pernikah merekapun dilaksanakan di Mushola yang  didirikan oleh Sheik Quro tersebut.


foto kiri bawah adalah area berwudhu terbuka bagi jemaah laki laki yang berada disebelah kanan masjid. dari area parkir belok ke kanan.
Dari sejarah tersebut dapat disimpulkan bahwa Masjid Agung Karawang ini telah Eksis jauh sebelum berdirinya Masjid Agung Sang Ciptarasa di komplek Istana Kesepuhan Cirebon dan Masjid Agung Banten di Banten Lama, provinsi Banten. Karena seperti diketahui bahwa Masjid Agung Sang Ciptarasa dibangun oleh Sunan Gunung Jati yang merupakan cucu dari Prabu Siliwangi, Masjid Agung Banten Banten dibangun oleh Putra dari Sunan Gunung Jati alias cicit dari Prabu Siliwangi.

Namun bila ingin berkunjung ke Masjid Agung Karawang, jangan sampai kecewa bila tak menemukan sebuah masjid tua disana ya. Karena memang masjid yang kini berdiri bukanlah bangunan asli dari masa Sheikh Quro melainkan hasil dari serangkaian pembangunan oleh para Bupati yang pernah berkuasa di Kabupaten Karawang, sementara bangunan asli dari masa Sheikh Quro ataupun masa sesudah beliau sama sekali sudah tidak ada bekasnya lagi.***

Klik disini untuk membaca sejarah lengkap Masjid Agung Karawang di bujangmasjid.

---------

Baca Juga Artikel Masjid Masjid di Karawang Lainnya


2 komentar:

  1. Nyam... Nyam.... Kebayang enake. Tapi bai de wei, mau dikit koreksi nih. Namanya ayam BROILER, bukan boiler. Kasian amat tuch ayam bela2in biar gede sampe di rebus (boil). Xixixixixi...

    Insya ALLAH, ajak2 kami yak... Hmmm... Nasi daon pisang... Yumiiiii.... Harumnya nyampe ke seberang

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe sakti banget tuh ayam aromanya bisa lintas benua begitu ya.... iye kang maksudnye ayam nyang itulah pokokna mah...

      Hapus

hindari komentar yang berbau SARA