Sabtu, 18 Juni 2016

Masjid Jami’ Assalafiyah dan Makam Pangeran Jayakarta

Tidak seperti bangunan masjid biasanya yang dibangun dengan arsitektur Timur Tengah, Bangunan baru Masjid Jami As-Salfiyah Jatinegara Kaum justru dibangun seperti bangunan biasa. Lahan tempat gedung baru ini tadinya merupakan areal parkir bangunan lama yang kini berada di belakang gedung baru ini.

“............
Tidak kurang yang sayang padanya
Orang lain mati dilupa
Para pejuang tetap dikenang
Sejarahnya ditulis orang
Makamnya sentiasa di ziarahi
Walau perjuangan tak Berjaya
......................”

Pangeran Jayakarta Wijayakrama atau Pangeran Achmad Jaketra adalah Sultan Terahir dari Kesultanan Jayakarta(kini Jakarta). Berdirinya Kesultanan Jayakarta diawali dengan kemenangan Pasukan Fatahillah terhadap pasukan Portugis di Sunda Kelapa pada tanggal 22 Juni 1527. Hari kemenangan tersebut menjadi sejarah awal Sejarah Kota Jakarta yang kini diperingati setiap tahun sebagai hari jadi kota Jakarta dan nama Fatahillah di abadikan sebagai nama Musium Sejarah Jakarta di kawasan Kota tua tak jauh dari Stasiun Kereta Api Jakarta Kota.

Masjid Jami’ Assalafiyah
Jl Jatinegara Kaum No 208
Klender, Jakarta Timur
GPS: -6.202099,106.901184


           

Kesultanan Jayakarta tak berlangsung lama, Fatahillah selaku penguasa pertama disana, lebih memilih kembali ke Cirebon dan menyerahkan kendali pemerintahan kepada Tubagus Angke. Setelah Tubagus Angke kekuasaan diteruskan oleh Pangeran Jayakarta dengan keraton dan Masjid kesultanannya berada disekitar hotel Omni Batavia saat ini namun sudah tidak ada sisanya sama sekali.

Tanggal 30 Mei tahun 1619 pasukan Belanda dibawah pimpinan Jan Pieterszoon Coen menyerbu Jayakarta. Dengan keunggulan persenjataan ditambah dengan kondisi pasukan Jayakarta yang masih kelelahan setelah perang melawan pasukan Inggris, pasukan Belanda berhasil menduduki Jayakarta dan melakukan aksi bumi hangus terhadap kota itu termasuk juga meratakan dengan tanah komplek keraton dan masjid kesultanan. Keluarga Sultan terpaksa menyingkir dari pusat kota.

Tiga bangunan masjid As-Salafiyah. Paling kiri adalah bangunan paling awal Masjid As-Salafiyah, Bagian ini tempat berdirinya masjid yang dibangun pertama kali oleh Pangerah Jayakarta. bagian tengah yang terlihat sedikit atap limas beserta menaranya adalah bangunan tambahan pertama yang dibangun di masa gubernur Ali Sadikin. Bangunan berlantai dua yang berada paling kanan adalah bangunan paling baru ditambahkan saat ini.
Dalam pengejaran oleh pasukan Belanda, pangeran Jayakarta berhasil meloloskan diri dengan tipu muslihat melemparkan jubah dan sorban yang dipakainya ke dalam sumur di kawasan mangga dua, Pasukan Belanda yang mengira Pangeran Jayakarta berada di dalam sumur tersebut memberondong sumur tersebut dengan peluru dan mengira pangeran Jayakarta tewas disana. Anggapan yang diyakini kebenarannya selama bertahun tahun baik oleh pihak Belanda maupun oleh masyarakat umum. Baru kemudian pada tanggal 23 Juni 1956, setelah sekian lama dirahasiakan makam Pangeran Jayakarta dan kerabatnya di sebelah Masjid Jami’ As-Salafiyah ini dinuka untuk umum.

Sesungguhnya beliau bersama para pengikutnya berhasil melarikan diri ke wilayah yang kini dikenal sebagai Jatinegara Kaum, membuka daerah baru serta mendirikan masjid yang kini dikenal dengan nama Masjid Jami’ Assalafiyah dan meneruskan pemerintahan dan perlawan terhadap penjajahan dari tempat tersebut, bersama beberapa anggota keluarga serta para pengikut setia nya. Itu sebabnya daerah tersebut dikenal dengan nama Jatinegara alias Negara yang Sejati.

Makam dan Prasasti. Makam Pangeran Jayakarta dan anggota keluarganya berada di bangunan pendopo ini. sedangkan batu prasasti di bagian depan photo adalah prasasti penghormatan dari Kodaam Jayakarta. 
Putra beliau yang bernama Pangeran Senapati diperintahkan untuk pergi sejauh mungkin dari Jayakarta untuk menghindari kejaran Belanda sekaligus menyebarkan agama Islam ke luar Jayakarta, pada ahirnya menetap di wilayah Cibarusah kabupaten Bekasi dan mendirikan Masjid Al-Mujahidin Cibarusah yang dikemudian hari menjadi pusat perjuangan pasukan Hisbullah melawan penjajahan Belanda di wilayah Bekasi.

Putra beliau yang lain (kini dikenal dengan nama Pangeran Rangga), menyingkir dari kejaran pasukan Belanda hingga ke wilayah hutan (yang kini dikenal dengan nama) desa Cikedokan di kecamatan Cikarang barat, kabupaten Bekasi. Rumah tinggi dari kayu yang beliau bangun masih berdiri kokoh dan menjadi cagar budaya hingga kini dan dikenal dengan nama Saung Ranggon atau Rumah Tinggi.

Makam Pangeran Jayakarta
Masjid As-Salafiyah diperkirakan dibangun oleh Pangeran Jayakarta sekitar tahun 1619 di tengah basis perlawanannya di kawasan hutan disebelah tenggara Batavia sepanjang kali sunter.  Sebuah masjid dengan empat soko guru beratap limas. Assalafiyah yang menjadi nama masjid ini bermakna “tertua”.  Pangeran Jayakarta meninggal dunia pada tahun 1640M dan dimakamkan dekat Masjid Jami’ Assalafiyah. Demikian pula dengan dua putranya, Pangeran Lahut dan Pangeran Sageri serta Ratu Rafiah istri Pangeran Sageri.

Makam dan Masjid Pangeran Jayakarta dipugar pertama kali pada tahun 1700 oleh Pangeran Sageri, pemugaran kedua tahun 1842 oleh Aria Tubagus Kosim. Pemugaran ketiga tahun 1969 oleh Gubernur DKI H. Ali Sadikin, dibangun dua lantai dengan membuat menara baru. Pemugaran keempat pada tahun 1992 oleh Gubernur DKI H. Suryadi Soedirdja, melalu Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta. Kini setiap hari silih berganti pengunjung yang datang ke masjid ini begitupun mereka yang datang untuk berziarah ke makam Pangeran Jayakarta.

Prasasti di Gapura Masjid Jami As-Salfiyah
Saat ini (Juni 2016) masjid Jami’ As-Salfiyah sudah ditambahkan lagi bangunan baru di sisi selatannya yang menhadap ke jalan raya Jatinegara Kaum, berupa bangunan beton belantai dua yang terhubung ke bangunan berlantai dua sebelumnya. Pembangunan gedung baru ini juga disertai dengan pembangunan tempat wudhu yang lebih baik disi kiri (timur) bangunan baru.

Gedung baru yang dibangun dibekas lahan parkir ini membuat masjid Jami’ As-Salafiyah kehilangan lahan parkirnya. Pengunjung yang datang kesana dan membawa kendaraan mau tidak mau harus parkir di sisi jalan raya. Ada tiga tangga akses ke lantai dua masjid. Dua di bagian dalam sisi timur bangunan berlantai dua yang lama dan satu tangga di bangunan baru. Secara keseluruhan bangunan baru ini belum selesai seratus persen terutama bagian fasad depannya sementara bagian dalamnya secara keseluruhan sudah rapi dan nyaman untuk digunakan.*** 

Di dalam bangunan tua masjid Jami' As-Salafiyah

Lihat Foto Foto Masjid dan Makam Pangeran Jayakarta Selengkapnya di posting berikutnya

--------------------------------------

Baca Juga


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

hindari komentar yang berbau SARA