Sabtu, 27 Agustus 2016

Masjid At-Taqwa Gaung Asam - Belida Darat

#Masjid Masjid di Tanah Belida

Masjid Jami At-Taqwa Megah di tengah desa Gaung Asam

Dari fisik bangunan Masjid Gaung Asam ini bolehlah untuk disebut masjid berpenampilan terbaik di kecamatan Belida darat, itu sih menurut pengamatan kami selama melintasi wilayah kecamatan ini mulai dari Desa Kemang di kecamatan Lembak hingga ke wilayah gunung ibul di kota Prabumulih, itu pun tak sempat singgah ke masjid ini. Bangunan masjid ini satu satunya yang dilengkapi dengan menara tinggi yang menjulang dan dapat terlihat dari kejauhan ketika baru masuk ke wilayah desa ini.

Lokasi Masjid At-Taqwa
Desa Gaung Asam, Kecamatan Belida Darat
Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia
Koordinat : -3.438852, 104.409184


Bangunan utamanya berupa bangunan masjid khas Indonesia dengan atap limasan bersusun dan ditambahkan kubah kecil dari bahan metal di puncak atap nya. Sedangkan menaranya dibangun terpisah dari bangunan utama masjid di halaman samping sisi utara bangunan utama, bangunan toilet dan tempat wudhu dibangun di belakang bangunan menara ini. dua bangunan ini sepertinya dibangun belakangan setelah bangunan masjid.

Bangunan menara memanglah bukan tradisi masjid masjid tradisional Nusantara, sehingga wajar bila hingga kini kita belum menemukan bentuk natural menara masjid khas Indonesia. Kebanyakan bangunan menara menyerap bentuk bentuk bangunan menara masjid dari timur tengah (arab), Turki, Persia dan wilayah lainnya.

Acara Nuzul Ul- Qur' an sekligus safari Ramadhan di masjid Jami' Attaqwa desa Gaung Asam Kec.Belida Darat dgn penceramah Ustadz Drs. H Hapiz Aziz M.Si Ka. MUI Kec.Gelumbang. Juli 2015 (foto dari Maladi Musa S.sos, camat Belida Darat).



















Menara di Masjid ini dibangun tanpa balkoni, hanya diberikan bukaan di bagian paling atas menara tempat ditempatkannya beberapa pengeras suara. Dapat dimaklumi karena memang keberadaan balkoni pada menara, dulunya merupakan tempat berdirinya muazin mengumandangkan azan, tempat yang tak dibutuhkan lagi di masa pengeras suara sudah menjadi alat bantu utama mengumandangkan azan hingga terdengar jauh ke pelosok kampung. Lokasi masjid ini cukup strategis dibangun di tengah kampung di pertigaan jalan pula. Menjadikannya sebagai penanda desa ini. Masjid At-Taqwa ini bukanlah satu satunya masjid di Desa Gaung Asam. Masih ada Masjid lainnya yang berada di komplek Yayasan Pendidikan Al-Ishlahiyah di ujung desa Gaung Asam ini.

Tentang Desa Gaung Asam

Kata “Gaung” pada nama desa ini bukanlah ‘gaung’ yang bermakna ‘gema’ atau ‘pantulan suara’, tapi merupakan peng-Indonesia-an kata “Geong” dari bahasa Belida yang bermakna sebuah mata air atau bagian dari badan air (sungai) yang sangat dalam dan cukup lebar, karena debit air yang besar menimbulkan pusaran air di permukaan-nya. Hampir sama dengan kata “Lubuk” yang dilafalkan dalam dialek bahasa Belida sebagai “Lubok”, hanya saja kata “Lubok” lebih berkonotasi sebagai sebuah bagian badan air (sungai) yang sangat dalam saja, tanpa efek pusaran air dipermukaan-nya. Sejatinya Desa Gaung Asam ini Bernama asli “Geong Asam”. Sedangkan kata ‘asam’ merupakan sebutan lain bagi jenis buah mangga yang rasanya asam. Bukan asam yang berarti ‘Asam Jawa’ atau ‘Tamarin’. 

Masjid At-Taqwa dari kejauhan

Ada banyak “Geong” yang dikenal di wilayah tanah Belida, dan desa “Geong Asam” ini bukanlah satu satunya yang menyandang nama ‘Geong’ pada namanya, salah satu yang lainnya adalah “Geong Telang” yang kemudian sama sama di Indonesia-kan menjadi ‘Gaung Telang’.  Karena kondisinya yang membahayakan, maka di masa lalu ada banyak mitos dan legenda yang (sepertinya) sengaja dituturkan oleh para tetua agar anak anak tidak mendekati apalagi bermain main di lokasi Geong dimaksud, semata mata karena memang kondisinya yang sangat berbahaya untuk keselamatan.

Hanya saja, bila saat ini kau tanya ‘mana kah Geong yang dimaksud itu ?. aku pun sulit untuk menjawabnya, warga yang masih tinggal disanapun mungkin juga akan kesulitan untuk menunjukkannya. Kondisi alam saat ini tak lagi se-asli di masa lalu. Perubahan rupa bumi yang dulunya berupa hutan belantara menjadi wilayah proyek perkebunan baik pribadi maupun perseroan sudah merebak hingga ke wilayah yang dulunya bahkan tak terjamah manusia, menjadi salah satu faktor perubahan kondisi lingkungan. Meskipun masih adalah pemandangan tradisional seperti di masa lalu yang masih kental terlihat dan terasa hingga kini.***

------------------------------------

Baca Juga Artikel Masjid Masjid di Tanah Belida Lainnya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

hindari komentar yang berbau SARA